Hai, saya ingin membagikan sebuah
cerpen bertema NATAL.
Cerpen ini
saya dapat dari sebuah buku!
Ini
dia cerpennya!
Silahkan
Membaca!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Senja perlahan lahan mulai berlari ketakutan, dari gelombang gelombang malam yang mulai memenuhi jengkal demi jengkal angkasa, malam semakin galak dengan cuaca mendung, dan suara nyanyian parau gemuruh yang bersahutan, ini sudah menjadi hal yang biasa di akhir tahun, desember selalu basah oleh salju langit yang mencair dan membasuhi bumi, namun ketakutan semesta tak menghinggapi Maria, seorang gadis kecil berumur tujuh tahun, penuh syahdu menyambut malam kudus, Maria mendaraskan doa sampil bersimpuh di bawah kaki salib yang tergantung di ruang tengah rumah kecil mereka, sambil di terangi lilin kecil berwarna merah , Maria mengajak hatinya lebih dekat dengan sang pemberi hidup.
Dalam
nama bapa, putera,dan rohkudus, amin
Ya
yesus yang baik
Terima kasih, kupanjatkan padamu
Telah
kau temukan lagi kami sekeluarga dengan natal tahun ini
Semoga
saja tahun depan kami bisa berkumpul lagi denganmu di rumah ini
Tuhan
yesus yang manis
Semoga damai natal tahun ini
Bisa
menyembuhkan sakit ayah
Bisa membuatkan ibu sering
mengantarku ke sekolah
Dan tuhan Yesus, tolong titip pesan
pada santa,
Aku ingin dia memberikan kado padaku
Obat
untuk sakit ayah
Terima kasih Tuhan sudah
mendengarkan aku
Dalam nama bapa, putera, dan roh
kudus, amin
Tak
jauh di belakang Maria, ayahnya hanya terisak isak dalam hati, berusaha
menahan debur airmata yang menggumpal di kelopak matanya, perlahan lahan
di tatap punggung malaikat kecilnya, menembusi waktu dan ruang dan
menemukan sosok Tuhan di hadapannya, dan iya berucap
“Tuhan
terima kasih, karena Kau memberiku seorang malaikat dalam rumah kami”
Seiring dengan itu gelembung cair
matanya pecah dan membasahi lantai dan kaki lemahnya yang dibaluti
perban. Namun dengan sigap jari jemarinya membasuh matanya, dia tak
ingin malaikat kecilnya melihat dirinya bersedih apalagi menangis.
*******
Ayah maria, pak Yosef sebenarnya
seorang yang tangguh, namun sudah hampir dua tahun ini ia divonis
mengidap penyakit gula, awalnya penyakitnya tak begitu mengganggu namun
semenjak ada luka kecil di jempol kakinya, kehidupan mereka sekeluarga
berubah, perlahan-lahan luka itu merambah semua jari kakinya,
menghilangkan bentuknya satu demi satu, hingga ia pun terpaksa berhenti
dari kerjaanya, dan bertumpu pada pada kursi rodanya, selain itu
lukanya menimbulkan bau yang sangat menyengat walau sudah di baluti
dengan perban setebal apapun, itu sangat menganggu banyak orang di
sekitar pak Yosef tapi tidak dengan malaikat kecilnya Maria, dia selalu
mendampingi ayahnya kemanapun, pernah di saat semua orang di gereja
menutup hidung mereka sambil menunjukan mata mata yang menusuk jatung
Maria dan ayahnya ketika ibadah natal tahun lalu, tapi dengan cintanya
Maria mengelus mengelus tangan renta ayahnya sambil berucap lewat bening
mata kecilnya.
“ayah, aku tak seperti mereka”
“akumencintaimu
dengan setulus hatiku”
“karna kau ayah ku”
Ibu maria pun sangat mencintai
Maria dan ayahnya, dia harus banting tulang di tengah malam setiap
harinya, berpindah pelukan setiap malamnya dari lelaki ke lelaki
berikutnya, semuanya demi menghidupi keluarga serta mengobati penyakit
suaminya, setiap malam ibu maria, hanya memanjatkan maaf pada Tuhan,
semoga segala dosanya di maafkan,
seperti hari ini, ibu maria pulang
hampir jam tiga pagi, di bukanya pintu rumah dengan begitu hati hati
takut membangunkan suami dan anaknya namun baru saja dia melangkahkan
kakinya, suara suaminya telah menyambutnya.
“ma,
baru nyampe?”
tanya pak yosef di barengi dengan senyuman
“iya
pa, Maria sudah tidur?”
“belum ma, Maria lagi menunggumu
dikamarnya”
Ibu Maria langsung menuju ke kamar
yang dituju, baru saja ia memegang gagang pintunya,Maria
langsungmenyeruak dari dalam kamarnya,
“salamat
natal, Ma....”
teriak maria mengangetkan mamanya
“ah..kau ini buat mama kaget saja”
“selamat
natal juga malaikat kecilku” jawab ibu maria, sambil memandang ke arah wajah
maria dan mencari kedamaian di dua buah telaga yang disematkan di wajah
kecil maria, sebuah ketenangan selalu mengalir di dua telaga tersebut
hingga ibunya merasakan kebahagiaan didalam hatinya, seraya melupakan
wajah wajah lelaki yang selalu menggunakan jasanya.
“mama
punya kado buatmu”
ujar ibu maria sambil berlutut di hadapan ibunya
“kado
apa ma?”
tanya maria penuh semangat
“mama ga tau”
“tadi
santa yang nitip di depan rumah kita”
“horeeee,...
akhirnya santa mengabulkan permintaanku”
“horreeee..” maria meloncat loncat kegirangan
“ini
kadomu maria”
ibunya memberikan sebungkus kado yang di balut dengan kertas kado
berwarna pink dan seutas pita berwarna biru langit yang di simpulkan
indah
Tanpa
dikomando, maria langsung membukanya dengan penuh semangat, namun
setelah kado itu dibuka, wajah maria mengernyit,sedikit murung ketika
hadiah natalnya berbeda dengan keinginannya.
“kenapa
sayang, jelek ya bajunya?”tanya ibunya ketika melihat perubahan wajah maria
“bagus
kok ma!”
“lho, kalau bagus, kenapa kamu murung sayang..”
“maria,
mintanya beda ma”
jawab maria
“emangnya,
apa yang kamu minta sayangku?”
“aku, mintanya supaya santa
mengirimkan obat buat ayah”
Jawaban Maria seketika membuat
ibunya terhenyak, terdiam, kata kata maria menusuk tempat di jantung
sang ibu, rasanya benar benar perih namun ada terselip kebahagiaan di
dalamnya, ibunya menyadari benar, maria sangat menyayangi ayahnya,
setiap hari sebelum kesekolah Maria selalu membersihkan nanah yang
melekat di luka ayahnya, tak pernah sekalipun Maria mengeluh, penuh
telaten menggantinya dengan perban yang baru.
Tak lama kemudia mata ibunya
mencair, didekap Maria erat erat tubuh mungil maria.
“sini
sayangku, peluk ibu dengan erat” ibunya berbicara dengan penuh isak
Maria hanya diam dalam bingung,
mengapa ibunya menangis, namun dekapan sayang ibunya terlalu kuat untuk
menyapu pergi kebingungannya.maria pun larut kedalam pelukan ibunya dan
nyenyak sambil ditemani suara ibunya yangmenyanyikan sepenggal lagu
natal kesukaan Maria.
Selangkah saja mau
menghampiri
Pada hidup kita ini
Tuhan sertailah mereka
Bila kuingat kembali
Kasih sayangmu yang telah membesarkan daku
Ingin rasanya ku kembali
Pada manisnya masa kecilku dulu
Oh…oh…,
Mama…,
Selamat Natal Mama
Papa…,
Selamat Natal Papa
Mama…,
Selamat Tahun baru
Papa…,
Selamat Tahun baru
Pada hidup kita ini
Tuhan sertailah mereka
Bila kuingat kembali
Kasih sayangmu yang telah membesarkan daku
Ingin rasanya ku kembali
Pada manisnya masa kecilku dulu
Oh…oh…,
Mama…,
Selamat Natal Mama
Papa…,
Selamat Natal Papa
Mama…,
Selamat Tahun baru
Papa…,
Selamat Tahun baru
********
Suara
alam pembuka pagi baru saja mulai menyambut cahaya mentari yang
menyeruak memecah subuh, hari ini tepat 25 Desember, semua bumi menyabut
datangnya sang juru selamat, dimana mana tercium wangi natal, lagu lagu
natal membahana hingga ke langit, semua orangpun bergembira, begitu
juga Maria dan kedua orangtuanya, mereka bertinga lagi asik bercanda
gurau dijalanan sambl menikmati tarian cemara di setiap langkah mereka
menuju gereja katedral.
Maria terlihat sangat cantik
berbalut gaun panjang berwarna merah muda, gaun itu laksana matahari
yang membalut tubuh malaikat, semua orang orang terkagum-kagum sambil
tersenyum kepada Maria.
Didepan gereja telah menunggu
suster yang biasa menanti murid murid sekolah minggunya,
“selamat
pagi suster”
sapa maria
“pagi
juga”
“kau
sangat cantik maria”
ujar suster
“iya suster, ini baju baru, hadiah natal dari ibu”
“baguskan
suster?”
tanya Maria sambil tertawa senang
“bagus sekali maria”
“tapi
akan lebih bagus, kalau baju ini berasal dari Tuhan” seraya menjawab pertanyaan Maria,
mata suster tertuju pada wajah ibu maria sambil melemparkan senyum
sinis,
“ayo
Maria, kita masuk ke gereja” lanjut suster itu
Maria pun mengikuti langkah suster
tapi belum beberapa langkah, maria berhenti dan menoleh ke arah ayah
ibunya
“ma,
ayo masuk, sedikit lagi misa mulai” ujar maria sambil memanggil kedua orangtuanya
Namun kedua orang yang di panggil
hanya terdiam di depan gerbang, si ibu hanya melihat ayahnya,
“nanti
kami menyusul, ibu dan ayah ada urusan sebentar” jawab ibu maria menahan tangisnya.
“jangan
lama ya ma!”
Setelah itu maria pun berlalu
menuju ke pintu gereja dan ditemani suster dan beberapa murid sekolah
minggu yang lainnya.
Kedua orang tua maria hanya
terdiam, setelah lonceng gereja berdentang yang ketiga kalinya, mereka
berdua melangkah menjauh dari gerbang gereja, setelah terasa agak jauh
ibu maria menghentikan langkahnya, badannya berbalik dan berkata pada
suaminya
“yah,
kita misanya dari sini saja ya!” ibu mariapun memberikan senyum yang paling manis
pada suaminya, tanganya mengapit jari jari suaminya sambil
mengelus-ngelus penuh kasih sayang.
“iya ma”
“ ma
selamat hari natal ya”
Mereka berdua tersenyum penuh
dilimpahi rasa cinta memandang dari kejauhan menara gereja dalam hati
mereka terdengar ucapan
“Tuhan Yesus, maafkan kami”
0 komentar:
Posting Komentar